Selamat Pagi , Kali ini saya ingin mengshare Sejarah lagi yaitu Kerajaan Bintauna
Langsung saja disimak :
Wassalamu'alaikum Wr . Wb
Kerajaan Bintauna asal mulanya dalam wilayah Pemerintahan
Afdeling Gorontalo karena pada masa VOC Bintauna merupakan satu Marsaoleh-schar
yaitu Wilayah Pemerintahan yang di
kepalai oleh seorang Marsaoleh (Ulea) dari Kerajaan Suwawa. Dalam
perkembangannya kemudian raja kerajaan Bintauna melepaskan diri dari kerajaan Bone
atau Suwawa yang kemudian membentuk kerajaan sendiri dengan nama Vintauna.
Dalam status sebagai kerajaan, mula-mula bintauna terdiri
dari dua kelompok masyarakat yang masing-masing mempunyai wilayah sendiri dan
berbeda dari sisi agama dan kepercayaanya yakni :
- Kelompok masyarakat bagian utara yakni kelompok heinden yang menganut kepercayaan animisme karena menyembah batu atau pohon
- Kelopok masyarakat bagian selatan yang menganut kepercayaan agama islam
latar belakang perbedaan agama dan kepercayaan inilah
menyebabkan sehingga kelompok masyarakat tersebut saling memisahkan diri yakni
kelompok masyarakat bagian selatan yang memeluk agama islam melepaskan diri
dari kerajaan bintauna dan bergabung kembali dengan kerajaan suwawa. Dengan
demikian kerajaan bintauna dalam perkembangan selanjutnya adalah sebagian dari
kerajaan yang penduduknya menyembah atau menganut kepercayaan animisme.
Dalam perkembangan selanjutnya masyarakat bintauna yg di
ikat adat kerajaan bintauna pada waktu itu sudah mulai mengenal agama di
buktikan dengan makam Pendeta Talahatu dan istrinya di kompleks makam raja
pertama yakni makam paduka Raja Mooreteo yang makamnya bentuknya hampir sama
dengan bentuk bangunan gereja atau kahera konon raja pertama ini dikubur di
dalam gereja ini menunjuka bahwa pada masa kerajaan bintauna pada awalnya
masyarakatnya sudah menganut agama Kristen.
Paduka raja mooreteo dalam melaksankan tugas sebagai
pemimpin bagian rakyatnya di raa minanga senantiasa di dampingi istrinya bernama
vua tebo yang dari hasil perkawinannya di anugrahi seorang anak yang bernama
Datu.
Dalam perkembangan selanjutnya setelah paduka raja mooreteo
meninggal maka di nobatkanlah anak dari mooreteo dan vua tebo menjadi raja
kedua yakni paduka raja datu. Karena datu di angkat jadi raja maka rakyat
kerajaan pada waktu itu mengatakan bahwa datu rono salako yang artinya datu
sudah menjadi raja besar atau menjadi raja maka berubahlah nama datu menjadi datunsolang
yang kemudian nama itu menjadi marga keturunan raja-raja bintauna selanjutnya.
Pada masa paduka raja datu negeri kerajaan yang bertempat
di raa minanga dipindah di suatu tempat yang bernama lasako atau vaya sangki.
Paduka raja datu beristrikan vua rantoiya yang dari hasil perkawinannya di
anugrahi anak bernama abo volakia dan abo patilima
Setelah paduka raja dau meninggal tahun 1783 yang kemudian
di makamkan di tempat itu juga maka dinobatkanlah putra dari paduka raja datu
menjadi raja yakni abo volakia namun avo volakia menolak untuk menjadi raja
maka ditunjuklah penggantinya yakni anaknya yang bernama avo lahai tetapi avo
lahai melakukan pelanggaran yakni saat putri-putri (mangoreaka) sedang menari
kaimbu dalam sebuah acara adat tiba-tiba avo lahai masuk sambil mengendarai
kuda di tengah-tengah para penari yang berakibat salah satu pakaian yang di
kenakan oleh penari tersebut terinjak oleh kaki kuda yang berakibat avo lahai di
buang di maluku dan pada akhirnya wafat di tempat pembuangan tersebut ketika avo
lahai di buang maka dinobatkan patilima sebagai raja ke III pada tahun 1783
yang prosesi penobatannya di laksanakan di ternate.
Pada saat penobatan itulah marga datunsolang resmi
dilekatkan pada nama raja dan keturunanya sehingga nama paduka raja ke III
menjadi paduka raja patilima datunsolang dan pada saat itulah alat musik
kebesaran (alat musik adat) diserahkan kepada raja patilima. Sehingga saat
paduka raja patilima kembali dari ternate ke negeri lasako maka alat-alat musik
ada dan tetap terpelihara keasliannya. Adapun alat musik adat tersebut adalah
kolintang, gong, tambur, savua, paying kerajaan, tapajaro (tombak) dan eleso
(keris).
Pada masa pemerintahan paduka raja patilima datunsolang
negeri bintauna yang berada di lasako kembali di pindahkan ke raa minanga,
negeri awal masa paduka raja moorete’o. sesudah raja mangkat maka dinobatkanlah
salah satu anak dari paduka raja patilima datunsolang yakni salmon datunsolang
sebagai raja ke IV.
Pada masa pemerintahan paduka raja salmon negeri kerajaan
kembali lagi di pindahkan dari negeri ra’a minanga menuju ke kenegeri voa’a
yang kemudian nama tempat ini diadopsi menjadi salah satu desa di kecamatan
bintauna saat ini.
Sesudah paduka raja salmon mangkat maka pada tanggal 24
september 1957 dinobatkan adik kandung dari paduka raja salmon untuk
menjadi
raja ke V yakni abo batango atau di kenal dengan nama alias datunsolang.
Pada masa pemerintahan paduka raja elias datunsolang maka pusat
pemerintahan
kerajaan pun kembali di pindahkan dari kegeri voa’a ke negeri pangkusa
yang
saat ini desa pangkusa.
Setelah raja elias meniggal maka di nobatkan raja Toraju
Datunsolang yang merupakan anak dari paduka raja salmon datunsolang sebagai
raja ke VI. Pada masa pemerintahan paduka raja toraju datunsolang kembali lagi
pusat pemerintahan kerajaan di pindahkan lagi dari negeri pangkusa menuju ke
negeri vantayo. Pada tahun 1884 tahta kerajaan diserahkan kepada paduka raja ke
VII serael datunsolang yang merupakan putra dari paduka raja elias datunsolang.
Pada masa pemerintahan paduka raja serael datunsolang inilah pemerintahan
kerajaan kembali lagi di pindahkan dari negeri vantayo menuju negeri pangkusa.
Pada saat paduka raja serael wafat tahun 1983 maka menurut
ketentuan pada waktu itu yang harus menggantikannya adalah anak dari paduka
raja Toraju datunsolang namun karena anak dari paduka raja toraju datunsolang
belum cukup dewasa maka tahun 1893 dinobatkanlah kembali toraju datunsoalng
menjadi raja VIII selanjutnya sambil
menunggu anaknya menjadi dewasa.
Setelah dua tahun kemudian yakni tahun 1895 anak dari paduka
raja toraju datunsolag pun dinobatkan menjadi raja IX yakni paduka raja
mohamad toraju datunsolang.
Pada masa pemerintahan paduka raja mohamad toraju
datunsoalng ini pada tahun 1905 pusat pemerintahan kembali lagi di
pindahkan
dari negeri vantayo menuju negeri minanga yang saat ini desa bintauna
pantai
yang kemudian pada tahun 1913 pusat pemerintahan kerajaan bintauna di
pindahkan
lagi ke bunia yang saat ini desa bunia dan pada tahun 914 pusat
pemerintahan kerajaan
bintauna kembali lagi di pindahkan dari bunia menuju ke pimpi, yang saat
ini
desa pimpi yang kemudian menjadi ibu negeri kecamatan bintauna. Pada
tahun 1950
lewat gerakan pemuda dan masyarkat system kerajaanpun dihapuskan
sehingga
kekuasaan rajapun di hapuskan. Dengan dihapuskannya kekuasaan raja maka
kerajaan bintauna menjadi distrik yang di pimpin oleh abo A.M
datunsolang
dengan jabatan sebagai amtenar yang kemudian pada perkembangannya
selanjutnya
saat ini menjadi kecamatan. Guna mengingatkan akan peristiwa pemindahan
pusat
pemerintahan kerajaan dari negeri minanga sekarang ini desa bintauna
pantai ke
negeri pimpi sekaran ini desa pimpi maka satu desa yang berada di satu
tempat
bernama bagugula diganti namanya menjadi bintauna agar nama bintauna akan tetap
lestari yang kemudian dalam perkembangan selanjutnya menjadi kelurahan bintauna
yang sekarang ini menjadi kecamatan bintauna sudah memiliki 1 kelurahan dan 14
desa.
Berikut ini intisari Raja-Raja pada masa pemerintahan
kerajaan bintauna
- Paduka Raja Mo’orete’o
- Paduka Raja Datu
- Paduka Raja Patilima Datunsolang
- Paduka Raja Salmon Datunsoalng
- Paduka Raja Ellias Datunsolang
- Paduka Raja Toraju Datunsolang
- Aduka Raja Serael Datunsoalng
- Paduka Raja Toraju Datunsolang
- Paduka Raja Mohamad Toraju Datunsolang
Wassalamu'alaikum Wr . Wb
About Aan Datukramat
0 comments:
Post a Comment